Renungan di hari Ibu, 22 Desember 2013
BAHASA HATI UNTUKMU
IBU
IBU,….
Ini bahasa hatiku untukmu Ibu, meski dikau tak akan
membacanya lewat matamu yang semakin samar. Tapi aku percaya jiwamu akan
membacanya penuh kasih lewat mata hatimu.
Di sebuah malam disaat aku menangis pertama di dunia
ini, langit mencatat hutangku pada semesta ini. Hutang dua nyawa. Nyawamu ibu,
yang melahirkanku di sebuah ruang gelap di rumah tak selayak hari ini. Nyawa
yang kau gantungkan di langit, pada keyakinanmu, pada keberanianmu, pada
keiklasanmu, untuk bisa membawa hadir penuh napas di dunia ini.
Nyawamu yang kau jaga melewati jutaan rasa sakit, hanya untuk membiarkanku hadir
memberi senyum bocahmu pada dunia malam kelam itu. Nyawamu yang kau pertaruhkan
demi seorang bayi kecil, yang bahkan hingga kini belum menjadi orang. Aku
berhutang nyawamu itu yang kau jaga demi menyambung nyawaku hingga ada sejauh
hari ini.
Dan aku berhutang satu nyawa lagi padamu Ibu, yang
hingga saat ini. Maka apalah yang dapat kupakai membayar nyawamu dan nyawaku,
yang kau pertaruhkan bagiku, Ibu. Bahkan tidak cukup seluruh kekayaan duniawi
ini yang sanggup melunasinya.
Maka ijinkan aku pergi kepada Tuhan, Ibu. Kepada
sang pemilik semesta yang maha luas ini. Semoga Dia berkenan meminjamkan padaku
sejenak, seluruh kekayaan semesta ini, agar dengan itu mampu kulunasi semua
hutang nyawaku padamu. Dan biarkan kemudiam aku kembalikan hutangku pada Tuhan,
lewat penyerahan tubuh, pikiran dan nyawaku padaNya, untuk melayaniNya di
kehidupan ini.
Dan ijinkan sekali ini Ibu, aku berdoa untukmu,
sebelum Sang Waktu memanggil kita semua pulang.
“Tuhan, demi darah ibu yang mengalir sejak
aku ada hingga nanti tiada di dunia ini, dengarlah lantunan doa ini kepanjatkan
padaMu. Aku telah melewati ribuan kelahiran untu sampai pada diriku saat ini.
Dan aku ada hingga saat ini, karena sosok sederhana yang menjadi Tuhan dalam
kehidupanku. Dia adalah ibuku. Dialah Tuhan darimana aku pernah beasal. Maka
kelak, jadikanlah jiwanya sebagai diriMu sendiri, ya Tuhan”.
“Tuhan,
jika aku bisa menjadi pengganjal bagi pintu sorgaMu agar pintu itu tetap
terbuka bagi ibuku, maka adikanlah aku pengganjalnya. Jika aku mesti menjadi
pijakan bagi ibu agar bisa melewati bara di neraka, jadikanlah aku pijakan itu.
Atau bahkan jika kau janjikan aku untuk kelak bersatu denganMu, maka biarlah
ibuku ada disana menanti bersamaMu untuk menyambutku” .
“Tuhan,
jika isi semestaMu hendak memberiku penghargaan atas apapun yang pernah
kulakukan sebagai hasil karmaku, limpahkanlah penghargaan itu bagi ibuku.
Limpahkan seluruh kehormatan itu bagi ibuku. Limpahkan segala pahala kebaikan
itu bagi ibuku. Dan ijinkan aku hanya memiliki satu kepuasan, satu senyum
kebahagiaan, senyum puas disaat melihat kebahagiaan ibuku”
Inilah bahasa hatiku ibu, yang mungkin tidak biasa
kuungkapkan dalam kehidupan nyata bagi telingamu, bagi matamu, tapi semua ini
kupendam menjadi doa untumu ibu disetiap detak jantungku.
Wahai jiwa-jiwa penuh kesadaran
Hormati ibu sebagai Ilahi pencipta
kehidupan
Basuhlah kaki sang ibu disetiap
kesempatan, dengan penuh iklas
Sujud bhaktilah pada kaki padma
ilahi, lewat kaki sang ibu
Karena di kaki sang ibu sorga
kebahagian terbentang luas
Ibu adalah Pertiwi, sang pemberi
kehidupan
Berbahagialah bagi jiwa – jiwa yang
selalu hormat pada sang Ibu…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar