Kamis, 16 Januari 2014

Bahasa Hati Untukmu IBU



Renungan di hari Ibu, 22 Desember 2013



BAHASA  HATI  UNTUKMU  IBU


IBU,….
Ini bahasa hatiku untukmu Ibu, meski dikau tak akan membacanya lewat matamu yang semakin samar. Tapi aku percaya jiwamu akan membacanya penuh kasih lewat mata hatimu.

Di sebuah malam disaat aku menangis pertama di dunia ini, langit mencatat hutangku pada semesta ini. Hutang dua nyawa. Nyawamu ibu, yang melahirkanku di sebuah ruang gelap di rumah tak selayak hari ini. Nyawa yang kau gantungkan di langit, pada keyakinanmu, pada keberanianmu, pada keiklasanmu, untuk bisa membawa hadir penuh napas di dunia ini.

Nyawamu yang kau jaga melewati jutaan  rasa sakit, hanya untuk membiarkanku hadir memberi senyum bocahmu pada dunia malam kelam itu. Nyawamu yang kau pertaruhkan demi seorang bayi kecil, yang bahkan hingga kini belum menjadi orang. Aku berhutang nyawamu itu yang kau jaga demi menyambung nyawaku hingga ada sejauh hari ini.

Dan aku berhutang satu nyawa lagi padamu Ibu, yang hingga saat ini. Maka apalah yang dapat kupakai membayar nyawamu dan nyawaku, yang kau pertaruhkan bagiku, Ibu. Bahkan tidak cukup seluruh kekayaan duniawi ini yang sanggup melunasinya.

Maka ijinkan aku pergi kepada Tuhan, Ibu. Kepada sang pemilik semesta yang maha luas ini. Semoga Dia berkenan meminjamkan padaku sejenak, seluruh kekayaan semesta ini, agar dengan itu mampu kulunasi semua hutang nyawaku padamu. Dan biarkan kemudiam aku kembalikan hutangku pada Tuhan, lewat penyerahan tubuh, pikiran dan nyawaku padaNya, untuk melayaniNya di kehidupan ini.

Dan ijinkan sekali ini Ibu, aku berdoa untukmu, sebelum Sang Waktu memanggil kita semua pulang.



            “Tuhan, demi darah ibu yang mengalir sejak aku ada hingga nanti tiada di dunia ini, dengarlah lantunan doa ini kepanjatkan padaMu. Aku telah melewati ribuan kelahiran untu sampai pada diriku saat ini. Dan aku ada hingga saat ini, karena sosok sederhana yang menjadi Tuhan dalam kehidupanku. Dia adalah ibuku. Dialah Tuhan darimana aku pernah beasal. Maka kelak, jadikanlah jiwanya sebagai diriMu sendiri, ya Tuhan”.

“Tuhan, jika aku bisa menjadi pengganjal bagi pintu sorgaMu agar pintu itu tetap terbuka bagi ibuku, maka adikanlah aku pengganjalnya. Jika aku mesti menjadi pijakan bagi ibu agar bisa melewati bara di neraka, jadikanlah aku pijakan itu. Atau bahkan jika kau janjikan aku untuk kelak bersatu denganMu, maka biarlah ibuku ada disana menanti bersamaMu untuk menyambutku” .

“Tuhan, jika isi semestaMu hendak memberiku penghargaan atas apapun yang pernah kulakukan sebagai hasil karmaku, limpahkanlah penghargaan itu bagi ibuku. Limpahkan seluruh kehormatan itu bagi ibuku. Limpahkan segala pahala kebaikan itu bagi ibuku. Dan ijinkan aku hanya memiliki satu kepuasan, satu senyum kebahagiaan, senyum puas disaat melihat kebahagiaan ibuku”

Inilah bahasa hatiku ibu, yang mungkin tidak biasa kuungkapkan dalam kehidupan nyata bagi telingamu, bagi matamu, tapi semua ini kupendam menjadi doa untumu ibu disetiap detak jantungku.

           
            Wahai jiwa-jiwa penuh kesadaran
            Hormati ibu sebagai Ilahi pencipta kehidupan
            Basuhlah kaki sang ibu disetiap kesempatan, dengan penuh iklas
            Sujud bhaktilah pada kaki padma ilahi, lewat kaki sang ibu
            Karena di kaki sang ibu sorga kebahagian terbentang luas
            Ibu adalah Pertiwi, sang pemberi kehidupan
            Berbahagialah bagi jiwa – jiwa yang selalu hormat pada sang Ibu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar