Meditasi disaat Menyapu sembari membersihkan
“karang diri”
( I Nyoman Musna )
Suatu ketika, seorang
sahabat namanya Ibu Kyoko yang berasal dari Tokyo-jepang. Sahabat saya ini sudah
lama tinggal di bali (kuta), bahkan telah memeluk agama Hindu kurang lebih dua
puluh lima
tahun . Pada satu ketika Ibu Kyoko berkata pada saya, mengapa disaat saya
menyapu di halaman rumah, saya merasakan
kebahagiaan dan kedamaian yang mendalam ? Kenapa demikian? Pertanyaan
itu terasa sederhana, akan tetapi bila
kita telusuri secara perlahan dengan tenang dan mendalam , ternyata mengandung sarat
makna. Lebih jauh sahabat ini mengatakan, pada saat menyapu itu terasa
imajinasinya seperti melukis diatas kanvas semesta. Garis – garis yang tergurat
di tanah seperti irama kehidupan yang indah. Bergelombang seirama dengan konsep
Rwa Bhineda ( the beauty of Rwa
Bhineda). Kehidupan itu terkadang mengesankan, terkadang membosankan. Siang –
malam datang silih berganti. Suka-duka sebagai hiasan perjalalan hidup. Seiring
dengan sangkakala memutar waktu. Sementara sampah yang terkumpul merupakan
kekotoran badan, pikiran dan rasa. Nah, adakah perasaan yang sama pernah kita
rasakan seperti apa yang sahabat itu rasakan ?
Apabila kita telisik
lebih jauh ke dalam rulung hati yang dalam, mungkin akan ada jawabnya “ya
benar”. Hanya saja kita sulit mengungkap suasana hati saat itu. Kita hanya
membiarkan semua kesan sebagai kesan tanpa arti atau kita anggap biasa-biasa
saja. Karena kita tidak mau meribetkan diri dengan konsep perasaan saat usai
menyapu itu. Adalah memang benar menyapu merupakan landasan dasar untuk
melakukan pembersihan diri, baik secara lahirian maupun batiniah. Secara
lahiriah hasil yang nampak yaitu pekarangan yang kita sapu akan nampak bersih,
segar, dan nyaman. Sementara bila kita
telusuri perasaan bathin kita akan ada perasaan indah, penuh kejernihan, segar
dan kegembiraan menikmati suasana pekarangan bersih. Itu tentu tidak dapat kita
pungkiri.
Mari kita coba alihkan
pikiran kita sejenak pada suatu suasana. ketika para calon bante atau bikkhu
penekun spiritual ke-Budhaan. Melakukan
kegiatan menyapu di suatu pesraman(bhiara) atau kuil, seperti sering kita lihat
dalam film kungfu shaolin. Pekerjaan menyapu di bhiara atau kuil merupakan
sebuah kewajiban dilakukan setiap waktu. Dengan menggunakan bentuk dan kualitas
sapu yang berbeda. Pekarangan yang agak kotor penuh sampah dan berlumpur
digunakan sapu yang keras ( sapu lidi ). Pekarangan yang agak halus dibersihkan
dengan sapu ijuk. Sedangkan ruang meditasi atau ruang pemaparan dhamma
dibersihkan dengan sapu yang terbuat dari rumput halus. Makna apakah yang
tersirat dari ketiga bentuk cara menyapu dengan alat yang berbeda tersebut?
Secara tidak langsung, bahwa pelaku pembersihan itu diajarkan untuk selalu
sadar untuk mebersihkan diri seutuhnya setiap saat. Pertama yang dibersihkan
itu adalah tubuh(badan kasar), agar
tetap terjaga kesehatan dan kesegarannya melalui mandi teratur sampai ke
tingkat melukat, mandi matahari sambil
melakukan gerakan asana surya namaskara,
olah raga yang teratur dan makan makanan yang sehat(satwika). Sehingga dengan
badan sehat dan kokoh akan dapat bertahan dari berbagai penyakit . Kedua yang dibersihkan adalah pikiran, Pikiran
seharusnya dibersihkan dengan olah pikir dengan sadhana (meditasi) berdoa, berjapa
atau nama smaranam (mengulang-ulang nama Tuhan) setiap saat. Sehingga rasa ego dan kemelekatan terhadap kepemilikan,
kemampuan diri bahwa kita yang paling
hebat, merasa paling pintar, bahkan sampai stress memikirkan sesuatu yang
bernilai maya, dapat dihindari. Ketiga yaitu membersihkan perasaan dengan olah
rasa. Perasaan itu sering diselimuti
oleh kekotoran bathin. Seperti rasa sombong, benci, rasa dengki, iri hati,
kecewa yang berlebih sampai defresi berat. Dapat dilakukan dengan rasa beryukur, rasa welas asih, dan tepo
selero terhadap kondisi dan situasi diri sendiri serta penderitaan orang lain.
Bilamana ketiganya
telah mampu dibersihkan setiap saat, maka nilai-nilai keindahan, ketenangan dan
kedamaian akan bertumbuh dengan sendirinya pada karang diri. Bukankah ini
merupakan tahapan dasar sebuah perjalanan meditasi spiritual ? Bila itu benar
adanya, maka jangan hendaknya kita merasa malu untuk selalu melakukan kegiatan menyapu di karang diri. Baik itu menyapu
secara sekala(kasat mata) guna membersikan badan dan lingkungan, atau menyapu
secara spiritual(niskala) untuk membersihkan pikiran dan perasaan. Mari kita
sadari bahwa bersih itu merupakan bagian
dari iman. Membersihkan karang diri harus dimulai dari diri sendiri.
Rawatlah selalu karang diri agar selalu bersih, indah dan penuh kedamaian.
Ketika karang diri dapat tetap terjaga dari kondisi bersih lahir dan bathin,
penuh harmoni, sadar dan bijak. Maka cahaya mentari kesadaran spiritual akan
selalu bersinar menerangi perjalanan kehidupan kita saat kini dan selamanya.
nice writing touch..... i love to read the article like this. I may copy this with your permit, thank you
BalasHapusmay your blog be enhanced with photo