Rabu, 15 Januari 2014

Tigapuluh Tahun Mengabdi



TIGA PULUH TAHUN
“NGAYAH” DIDUNIA PENDIDIKAN
SINCE 1982
 
 



Beryadnya melalui pengetahuan adalah Mulia
Mencurahkan pengetahuan  dengan kemampuan  pikiran, itu Mengajar
Mencurahkan pengetahuan dengan hati nurani, itu Mendidik
Mencurahkan pengetahuan dengan mengalami, itu Melatih
Mencurahkan pengetahuan dalam pemahaman hidup, itu Menyadarkan
Mengajak dan mengarahkan kejalan spiritual, itu Membebaskan
( I Nyoman Musna )

            Pilosofi  :      Siapakah Sang Pendidik (Guru ) itu?
Dia adalah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pendidikan(Umar Tirta dan La Sula)
Dia adalah seorang yang berjiwa besar terhadap masyarakat dan negara(M. Ngalim Purwanto)
Dia adalah lebih dewasa yang mampu membawa peserta didik kearah kedewasaan.
( Wiji Suwarno)
Dia adalah yang bertanggung jawab atas perencanaan serta menuntun peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan( Oemar Hamalik)
Dia adalah seorang yang menjadi salah satu sumber belajar yang berkewajiban menyediakan lingkungan yang kreatif bagi kegiatan belajar peserta didik di kleas( Syaiful Bari Djmarah dan Aswan Zain)
© © ©

            Tiada terasa waktu berlalu begitu cepat, tanpa disadari waktu 30 tahun telah terlewati dengan mengabdi didunia Pendidikan. Waktu memang gaib  dan sulit dipahami. Dia berlalu menelan usia perjalanan setiap kehidupan. Semua kesan kenangan akan tertulis pada sebuah lembar memori kehidupan. Jika waktu 30 tahun kita urai dalam bentuk satuan kecil gaya metematika sederhana maka akan kita peroleh angka-angka seperti beriku:
30 x 12 bulan = 360 bulan , 360 x 30 hari = 10.800 hari (1 bulan=30 hari), 10.800 x 24 jam = 259.200 jam, 259.200 x 60 menit = 15.552.000 menit, sedang 15552000 x 60 detik = 933.120.000 detik.Hampir satu milyard detik sudah waktu terlewati didunia pendidikan, hal apakah yang dapat kita banggakan?  Seberapa besarkah nilai pengabdian yang dapat dirasakan oleh setiap mereka yang pernah kita bina dan kita didik ? Apakah semua dari mereka dapat merasakan pengetahuan yang pernah mereka serap di bangku Sekolah Menegah Sunari Loka, untuk mereka jadikan pengalaman hidup? Apakah mereka telah mampu menyalakan obor penerang kehidupan berupa pengetahuan kesadaran bagi dirinya? Ataukah mereka tersesat dikegelapan global yang amat sangat membingungkan dan menyesatkan? Ataukah memang kita belum mampu memberi apa-apa selama 30 tahun berlalu?
            Semakin dalam kita renungkan, semakin tak terhingga bentuk pertanyaan yang datang menyelimuti pikiran. Mungkin ini datang dari antusiasme seorang pendidik yang penuh harap agar setiap peserta didiknya mampu mengarungi kehidupan dengan mudah. Akan tetapi antusias seorang pendidik saja tidaklah cukup. Perlu kemampuan dan kemauan si peserta didik. Disamping yang terakhir adalah Samskara Karma( sisa karma masa lalu ) yang dibawa oleh setiap mereka. Kebanggaan yang paling dirasakan seorang pendidik adalah ketika peserta didiknya telah meraih kesuksesan dalam melanjutkan pencarian pengetahuan, mampu memahami dan menjalani hidup dengan bahagia,damai, sejahtera. Senyum si pendidik  akan terasa kulum ketika mantan peserta didik menyapa sang pendidik disetiap kesempatan bersua dengan ucapan “Oh bapak masih saja tetap segini,” sementara saya sudah segini dan punya anak sekian. Apakah bapak masih mengajar di SMP Sunari Loka? Nah itulah tegur sapa mereka yang sering terdengar akrab bagai jalinan Ayah dan Anak yang baru berjumpa dari bepergian jauh dan lama sekali.  Terkadang ada yang mengingat kembali bahwa sebuah keakraban yang mendalam terasa disaat perpisahan kelas. Pendidik selaku wali kelas bersama-sama peserta didik melakukan perpisahan kelas dengan santap nasi bungkus di kelas, sembari menunggu  tanda lulus (ijazah) diserahkan. Pesan terakhirpun terlontar oleh sang wali mengantarkan mereka menuju tujuan masing-masing. Kesan dan kenangan  ini terkadang mereka goreskan di dunia maya berupa Face Book. Bahkan mereka bertanya”Kapan ya ada reuni ”?, kangen loh sama Sunari Loka, bagaimana keadaan siswa sekarang?, Apakah bapak masih jadi wali kelas sembilan A?. Itulah tanya mereka.
Disaat seperti itu terasa sedikit berbunga hati sang pendidik, yang biasa wajahnya merenggut akibat jejalan tugas administrasi dan seabrek rencana persiapan pembelajaran di kelas serta tugas- tugas  lain yang secara rutin digelutinya .
            Bilamana kita buka lembaran kesan dan pesan yang mereka sampaikan disetiap akhir semester dan akhir tahun  pembelajaran. Yang paling menonjol kesan mereka adalah merasa senang dalam proses pembelajaran, suka akan adanya joke (canda-guyonan) disetiap pembelajaran, suka memberi motivasi untuk belajar dan motivasi menjalani hidup, dan juga yell yang sering digunakan sebagai motivasi belajar yaitu : I Can; I Do; I Will, I Be…Smart and The Best.  Mereka menyukai  proses pemblelajari diawali berdoa dan meditasi, menyenangi kondisi yang akrab penuh persaudaraan dikelas saat proses pembelajaran. Cepat memahami materi pembelajaran, tidak berbelit-belit, methoda bervariasi (tulis mereka). Sedangkan pesan mereka yang menonjol adalah berharap agar si pendidik meningkatkan dan mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus. Itulah sekelumit kesan dn pesan yang mereka tuliskan, yang oleh pendidik dibaca dan dipahami, untuk dijadikan guru pembelajaran diri guna meningkatkan kualitas  dalam proses pembelajaran berikutnya.  Kesan setiap peserta ini amat sangat diperlukan oleh pendidik, kerena disetiap kesempatan muncul pertanyaan dalam hati sang pendidik: (1).Apakah saya sebagai pendidik yang baik?; (2) Apakah saya sebagai pendidik sudah mengajar dengan efektif?; Apakah saya sebagai pendidik sudah melaksanakan proses pembelajaran yang tepat?; (4) Apakah peserta didik berpikir serta mau aktif mengerjakan  materi yang diberikan?. Apakah pendidik sudah melakukan assesment dengan baik? Kegelisahan atas pertanyaan-pertanyaan itulah, maka pendidik berusaha menggali masukan lewat kesan dan pesan  serta penilaian  diri pendidik oleh peserta didik berupa kuisioner, dimana  mereka lakukan pada setiap akhir semester dan akhir tahun pembelajaran. Sementara kesan yang tiada pernah terlupakan oleh pendidik ketika pendidik mengajar memakai tongkat selama 6 bulan. Terkadang peserta didik satu kelas belajar ke rumah pendidik disaat kaki pendidik belum bisa bergerak jauh, akibat dari salah satu lutut  kaki mengalami keseleo disatu ketika lari sore(1986).
            Pendidik amat sangat memahami bahwa masih banyak perserta didik yang kurang menyenangi Matematika. Untuk itu disetiap awal pembelajaran pendidik mengulas kelebihan-kelebihan bila mereka dapat dengan baik mempelajari Ilmu Matematika. Karena dengan menguasai ilmu matematika maka mereka akan mudah dapat menguarai hambatan-hambatan hidup yang dijumpai sehari-hari. Hal itu dikarenakan ilmu matematika merupakan Basic of science. Matematika itu adalah penyelesaiaan suatu masalah dengan proses tertruktur, disiplin yang terurut, dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain serta diperoleh melaui proses pemecahan masalah yang bervariasi( William Bronell). Disamping juga ada beberapa makna serta kemampuan yang bisa dikembangkan melalui matematika berdasarkan pandangan dari Riedesel, Schwartz, dan Clements (1996) sebagai : (1) Matematika bukanlah sekedar aritmetika; (2) Matematika merupakan problem posing dan problem solving; (3) Matematika merupakan studi tentang pola dan hubungan; (4) Matematika merupakan Bahasa, karena menggunakn simbul-simbul; (5) Matematika merupakan cara dan alat berpikir; (6) Matematika merupakan ilmu yang berkembang secara dinamik; (7) Matematika adalah aktivitas (doing mathematics).
Diawal pembelajaran itulah amat penting bagi pendidik untuk menanamkan suatu bibit pemahaman awal tentang manfaat pembelajaran Matematika, kemudian disirami dengan berbagai selingan motivasi dirabuk dengan berbagai methoda. Selanjutnya perserta didik dibiarkan berkembang dengan kemampuan gerak, wicara dan pendapat mereka sendiri dalam proses pendewasaan berdemokrasi mengeluarkan pendapat, curah gagasan serta pandangan. Kemudian  diberikan reward baik berbentuk moril maupun materiil. Dengan demikian pendidik berharap secara perlahan-lahan peserta didik mulai merekahkan senyum keceriaannya untuk menyenangi proses pembelajaran matematika. Pendidik penuh harap agar setiap peserta didik tergugah dan tertantang untuk menekuni Matematika. Ibaratnya seorang pecatur yang sedang asyik bermain  catur dengan dampingan kopi dan kacang disamping kiri - kanan papan caturnya hingga lupa waktu, saking ayiknya.   Apakah selama 30 tahun berlalu ada peserta didik yang mengalami pembelajaran seperti bermain catur? Jawabnya ada pada peserta didik itu sendiri. Kita hanya mampu berusaha, berusaha dan terus berusaha.   Jangan pernah hati mesasa P u a s  dan Putus Asa atas apa yang pernah kita perbuat. Karena sangat disadari bahwa rasa puas dan putus asa itu  merupakan  halang rintang bagi sebuah perjalanan pendakian   
Semoga setiap mereka bertumbuh kemudian berkembang menjadi tunas-tunas kehidupan sejati yang mampu menghadapi derasnya gelombang samudra kehidupan maya ini.
Sementara itu si pendidik masih menyisakan sebuah pertanyaan yang selalu muncul dibenak:
” Apakah pendidik sudah layak disebut Guru?, dan mampu mendidik dirinya sendiri, seterusnya mengikuti jejak-jejak Sadguru?.
Maka biarkanlah Sang Waktu bersama  perjalanan Karma yang menjawabnya….!!!.
© © ©

            Tulisan ini bukan untuk apa-apa, dan memang tidak ada apa-apanya.  Hanyalah sekedar curahan renungan sore hari sembari menguak kelopak daun kering yang  menyelimuti kenangan. Sejurus pula dengan itu  untuk memperingati tiga dekade (30 Tahun) mengabdi di SMP Sunari Loka Kuta, sejak 29 Juli 1982 hingga 29 Juli 2012.

“ Kenangkan Ingat, Lupakan Jangan”
 Motto : “Hidup adalah Melayani serta Meyadnya untuk Pembebasan”

Guru itu  penerang jalan Kehidupan
Guru itu pembuka jalan Kesadaran
Guru itu yang Tercerahkan,
Guru itu pembimbing ke jalan Pembebasan.

“EVERYTHIING WE DO, DO IT  WITH  LOVE”
“LOVE ALL, SERVE ALL. LOVE  NEVER  DIE”
                                                                             © © ©
                                                                                                           (suwung, juni,23,2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar