|
Beryadnya melalui pengetahuan adalah
Mulia
Mencurahkan pengetahuan dengan kemampuan pikiran, itu Mengajar
Mencurahkan pengetahuan dengan hati
nurani, itu Mendidik
Mencurahkan pengetahuan dengan
mengalami, itu Melatih
Mencurahkan pengetahuan dalam pemahaman
hidup, itu Menyadarkan
Mengajak dan mengarahkan kejalan
spiritual, itu Membebaskan
( I Nyoman Musna )
Pilosofi :
Siapakah Sang Pendidik (Guru )
itu?
Dia adalah yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan pendidikan(Umar Tirta dan La Sula)
Dia adalah seorang yang berjiwa besar
terhadap masyarakat dan negara(M. Ngalim Purwanto)
Dia adalah lebih dewasa yang mampu membawa
peserta didik kearah kedewasaan.
( Wiji Suwarno)
Dia adalah yang bertanggung jawab atas
perencanaan serta menuntun peserta didik untuk melakukan proses pembelajaran
guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan( Oemar Hamalik)
Dia adalah seorang yang menjadi salah satu
sumber belajar yang berkewajiban menyediakan lingkungan yang kreatif bagi
kegiatan belajar peserta didik di kleas( Syaiful Bari Djmarah dan Aswan Zain)
© © ©
Tiada
terasa waktu berlalu begitu cepat, tanpa disadari waktu 30 tahun telah
terlewati dengan mengabdi didunia Pendidikan. Waktu memang gaib dan sulit dipahami. Dia berlalu menelan usia perjalanan
setiap kehidupan. Semua kesan kenangan akan tertulis pada sebuah lembar memori
kehidupan. Jika waktu 30 tahun kita urai dalam bentuk satuan kecil gaya metematika sederhana
maka akan kita peroleh angka-angka seperti beriku:
30 x 12 bulan =
360 bulan , 360 x 30 hari = 10.800 hari (1 bulan=30 hari), 10.800 x 24 jam =
259.200 jam, 259.200 x 60 menit = 15.552.000 menit, sedang 15552000 x 60 detik
= 933.120.000 detik.Hampir satu milyard detik sudah waktu terlewati didunia
pendidikan, hal apakah yang dapat kita banggakan? Seberapa besarkah nilai pengabdian yang dapat
dirasakan oleh setiap mereka yang pernah kita bina dan kita didik ? Apakah
semua dari mereka dapat merasakan pengetahuan yang pernah mereka serap di
bangku Sekolah Menegah Sunari Loka, untuk mereka jadikan pengalaman hidup?
Apakah mereka telah mampu menyalakan obor penerang kehidupan berupa
pengetahuan kesadaran bagi dirinya? Ataukah mereka tersesat dikegelapan global
yang amat sangat membingungkan dan menyesatkan? Ataukah memang kita belum mampu
memberi apa-apa selama 30 tahun berlalu?
Semakin dalam kita renungkan,
semakin tak terhingga bentuk pertanyaan yang datang menyelimuti pikiran.
Mungkin ini datang dari antusiasme seorang pendidik yang penuh harap agar
setiap peserta didiknya mampu mengarungi kehidupan dengan mudah. Akan tetapi
antusias seorang pendidik saja tidaklah cukup. Perlu kemampuan dan kemauan si
peserta didik. Disamping yang terakhir adalah Samskara Karma( sisa karma masa lalu ) yang dibawa oleh setiap
mereka. Kebanggaan yang paling dirasakan seorang pendidik adalah ketika peserta
didiknya telah meraih kesuksesan dalam melanjutkan pencarian pengetahuan, mampu
memahami dan menjalani hidup dengan bahagia,damai, sejahtera. Senyum si
pendidik akan terasa kulum ketika mantan
peserta didik menyapa sang pendidik disetiap kesempatan bersua dengan ucapan “Oh bapak masih saja tetap segini,”
sementara saya sudah segini dan punya anak sekian. Apakah bapak masih mengajar
di SMP Sunari Loka? Nah itulah tegur sapa mereka yang sering terdengar akrab
bagai jalinan Ayah dan Anak yang baru berjumpa dari bepergian jauh dan lama
sekali. Terkadang ada yang mengingat
kembali bahwa sebuah keakraban yang mendalam terasa disaat perpisahan kelas.
Pendidik selaku wali kelas bersama-sama peserta didik melakukan perpisahan
kelas dengan santap nasi bungkus di
kelas, sembari menunggu tanda lulus
(ijazah) diserahkan. Pesan terakhirpun terlontar oleh sang wali mengantarkan
mereka menuju tujuan masing-masing. Kesan dan kenangan ini terkadang mereka goreskan di dunia maya
berupa Face Book. Bahkan mereka
bertanya”Kapan ya ada reuni ”?, kangen loh sama Sunari Loka, bagaimana keadaan siswa
sekarang?, Apakah bapak masih jadi wali kelas sembilan A?. Itulah tanya mereka.
Disaat seperti itu terasa sedikit berbunga hati sang pendidik, yang biasa
wajahnya merenggut akibat jejalan tugas administrasi dan seabrek rencana
persiapan pembelajaran di kelas serta tugas- tugas lain yang secara rutin digelutinya .
Bilamana kita buka lembaran kesan
dan pesan yang mereka sampaikan disetiap akhir semester dan akhir tahun pembelajaran. Yang paling menonjol kesan
mereka adalah merasa senang dalam proses pembelajaran, suka akan adanya joke (canda-guyonan)
disetiap pembelajaran, suka memberi motivasi untuk belajar dan motivasi menjalani
hidup, dan juga yell yang sering
digunakan sebagai motivasi belajar yaitu : I
Can; I Do; I Will, I Be…Smart and The Best.
Mereka menyukai proses
pemblelajari diawali berdoa dan meditasi, menyenangi kondisi yang akrab penuh
persaudaraan dikelas saat proses pembelajaran. Cepat memahami materi
pembelajaran, tidak berbelit-belit, methoda bervariasi (tulis mereka). Sedangkan
pesan mereka yang menonjol adalah berharap agar si pendidik meningkatkan dan
mengembangkan kompetensi diri secara terus menerus. Itulah sekelumit kesan dn
pesan yang mereka tuliskan, yang oleh pendidik dibaca dan dipahami, untuk
dijadikan guru pembelajaran diri guna meningkatkan kualitas dalam proses pembelajaran berikutnya. Kesan setiap peserta ini amat sangat
diperlukan oleh pendidik, kerena disetiap kesempatan muncul pertanyaan dalam
hati sang pendidik: (1).Apakah saya sebagai pendidik yang baik?; (2) Apakah
saya sebagai pendidik sudah mengajar dengan efektif?; Apakah saya sebagai
pendidik sudah melaksanakan proses pembelajaran yang tepat?; (4) Apakah peserta
didik berpikir serta mau aktif mengerjakan
materi yang diberikan?. Apakah pendidik sudah melakukan assesment dengan
baik? Kegelisahan atas pertanyaan-pertanyaan itulah, maka pendidik berusaha
menggali masukan lewat kesan dan pesan
serta penilaian diri pendidik oleh
peserta didik berupa kuisioner, dimana mereka
lakukan pada setiap akhir semester dan akhir tahun pembelajaran. Sementara
kesan yang tiada pernah terlupakan oleh pendidik ketika pendidik mengajar
memakai tongkat selama 6 bulan. Terkadang peserta didik satu kelas belajar ke
rumah pendidik disaat kaki pendidik belum bisa bergerak jauh, akibat dari salah
satu lutut kaki mengalami keseleo disatu
ketika lari sore(1986).
Pendidik amat sangat memahami bahwa
masih banyak perserta didik yang kurang menyenangi Matematika. Untuk itu
disetiap awal pembelajaran pendidik mengulas kelebihan-kelebihan bila mereka
dapat dengan baik mempelajari Ilmu Matematika. Karena dengan menguasai ilmu
matematika maka mereka akan mudah dapat menguarai hambatan-hambatan hidup yang
dijumpai sehari-hari. Hal itu dikarenakan ilmu matematika merupakan Basic of science. Matematika itu adalah
penyelesaiaan suatu masalah dengan proses tertruktur, disiplin yang terurut,
dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain serta diperoleh melaui proses
pemecahan masalah yang bervariasi( William Bronell). Disamping juga ada
beberapa makna serta kemampuan yang bisa dikembangkan melalui matematika
berdasarkan pandangan dari Riedesel, Schwartz, dan Clements (1996) sebagai :
(1) Matematika bukanlah sekedar aritmetika; (2) Matematika merupakan problem
posing dan problem solving; (3) Matematika merupakan studi tentang pola dan
hubungan; (4) Matematika merupakan Bahasa, karena menggunakn simbul-simbul; (5)
Matematika merupakan cara dan alat berpikir; (6) Matematika merupakan ilmu yang
berkembang secara dinamik; (7) Matematika adalah aktivitas (doing mathematics).
Diawal
pembelajaran itulah amat penting bagi pendidik untuk menanamkan suatu bibit
pemahaman awal tentang manfaat pembelajaran Matematika, kemudian disirami
dengan berbagai selingan motivasi dirabuk dengan berbagai methoda. Selanjutnya perserta
didik dibiarkan berkembang dengan kemampuan gerak, wicara dan pendapat mereka
sendiri dalam proses pendewasaan
berdemokrasi mengeluarkan pendapat, curah gagasan serta pandangan. Kemudian diberikan reward baik berbentuk moril maupun
materiil. Dengan demikian pendidik berharap secara perlahan-lahan peserta didik
mulai merekahkan senyum keceriaannya untuk menyenangi proses pembelajaran
matematika. Pendidik penuh harap agar setiap peserta didik tergugah dan
tertantang untuk menekuni Matematika. Ibaratnya seorang pecatur yang sedang asyik bermain catur dengan dampingan kopi dan kacang
disamping kiri - kanan papan caturnya hingga lupa waktu, saking ayiknya. Apakah
selama 30 tahun berlalu ada peserta didik yang mengalami pembelajaran seperti
bermain catur? Jawabnya ada pada peserta didik itu sendiri. Kita hanya mampu
berusaha, berusaha dan terus berusaha.
Jangan pernah hati mesasa P u a s dan Putus Asa atas apa yang pernah kita
perbuat. Karena sangat disadari bahwa rasa puas dan putus asa itu merupakan
halang rintang bagi sebuah perjalanan pendakian
Semoga setiap
mereka bertumbuh kemudian berkembang menjadi tunas-tunas kehidupan sejati yang mampu menghadapi derasnya gelombang
samudra kehidupan maya ini.
Sementara itu si
pendidik masih menyisakan sebuah pertanyaan yang selalu muncul dibenak:
” Apakah
pendidik sudah layak disebut Guru?,
dan mampu mendidik dirinya sendiri, seterusnya mengikuti jejak-jejak Sadguru?.
Maka biarkanlah
Sang Waktu bersama perjalanan Karma yang
menjawabnya….!!!.
© © ©
Tulisan ini bukan untuk apa-apa, dan
memang tidak ada apa-apanya. Hanyalah sekedar
curahan renungan sore hari sembari menguak kelopak daun kering yang menyelimuti kenangan. Sejurus pula dengan itu
untuk memperingati tiga dekade (30 Tahun) mengabdi di SMP Sunari Loka Kuta, sejak 29
Juli 1982 hingga 29 Juli 2012.
“ Kenangkan Ingat, Lupakan Jangan”
Motto : “Hidup adalah Melayani
serta Meyadnya untuk Pembebasan”
Guru itu penerang jalan Kehidupan
Guru itu pembuka jalan Kesadaran
Guru itu yang Tercerahkan,
Guru itu pembimbing ke jalan Pembebasan.
“EVERYTHIING WE DO, DO IT WITH LOVE”
“LOVE ALL, SERVE ALL. LOVE NEVER DIE”
©
© ©
(suwung, juni,23,2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar