Minggu, 12 Januari 2014

RENUNGAN SIWA RATRI,2014



Renungan Siwa Ratri,29-1-2014

SAPTA MANDALA SARIRA
(Tujuh lapisan Kesadaran dalam diri)

Hormat kepada guru-guru Agung,

            Sang maha kawi Mpu Tanakung adalah seseorang yang telah mampu terlepas dari keterikatan duniawi (tan = tidak; akung = terikat). Pada malam Siwa melakukan peningkatan kesadaran spiritual dari kesadaran rendah(binatang) menuju kesadaran kelepasan(moksa) melalui jalan Tapa,Brata,Yoga dan Semadhi. Beliau membuat sebuah goresan lembut- halus perjalanan memahami kesadaran dirinya secara mendalam lewat meditasi ke dalam diri melintasi mandala-mandala yang tersusun rapi dalam energi halus pada tubuh astral sendiri. Perjalanan pendakian spiritualnya sang pelakon kisah Lubdhaka (Lubdha = Loba dan kebodohan) menuju ke kesadaran yang terang menderang membahagiakan (Siwa). Dari perjalanan yang halus lembut ini tergores sebuah cerita spiritual Malam Siwa Ratri. Pendakian spiritual kedalam diri melintasi cakra-cakra(energi halus) yang tersembunyi di dalam badan.
  
            Seperti pada Bhuwana Agung terdapat tujuh mandala(undakan) seperti : Bhuh, Bhwah, Swah, Mahah, Janah , Tapah , Satyah. Pada Bhuwana Alit juga terdapat 7 undakan atau lapisan kesadaran yang mencirikan sifat-sifat manusia itu sendiri. Ke-tujuh lapisan keasadaran itu adalah (1)Mandala Kasungka, (2)Mandala Seba, (3)Mandala Raja, (4)Mandala Wening, (5)Mandala Wangi, (6)Mandala Agung (7)Mandala Hyang.

            Mandala Kasungka,(ada pada Cakra Muladhara di daerah sex,aura warna merah) merupakan undakan paling bawah / dasar , mencirikan bahwa manusia itu masih terikat oleh Sad Ripu dan Sapta Timira. Mereka yang berada pada Mandala dasar ini masih memiliki sifat-sifat binatang. Makan, minum, tidur selalu berlebihan. Memenuhi nafsu merupakan dasar kesadaran hidupnya. Hidupnya selalu berkeinginan berkuasa, mau menang sendiri tanpa peduli orang lain.

            Mandala Seba,(pada Cakra Svadisthana di limpa, aura warna orange)  merupakan undakan nomor dua, berarti manusia selalu berpikir demi dan untuk diri sendiri saja. Memenuhi perut sendiri, sementara tidak pernah memikirkan orang lain diluar dirinya. Mereka yang berada pada mandala ini masih jauh dari yang namanya memahami kehidupan orang lain. Mereka hanya menghargai diri sendiri, dan tidak pernah peduli pada kehidupan orang lain, selalu menumpuk dan memupuk  mekayaan untuk diri sendiri. Orang semacam ini selalu ingin minta dihargai, namun tidak pernah menghargai orang lain.

            Mandala Raja,( pada Cakra Manipura di empedu,aura warna kuning) merupakan undakan yang ke tiga, tiada lain adalah mereka yang telah memahami kesadaran kebenaran dan kebijaksanaan antara kata dan tindakan. Mereka yang sudah sampai pada mandala ini tujuan dari hidupnya hanya mencari kesentosaan hidup dan kesentosaan hidup orang lain. Mereka yang ingin menjadi pemimpin sepatutnya mengetahui mandala ini. Mereka yang berada pada mandala ini sudah memahami kesejahteraan orang lain tanpa mendahulukan kepentingan pribadinya.

            Mandala Wening,( pada Cakra Anahata ada di Jantung,aura warna hijau) yaitu merupakan mandala (undakan) ke- empat yaitu bagi mereka yang telah memahami nilai Cinta Kasih dan Kasih Sayang semua Makhluk. Tiada pernah berhenti untuk membuat orang lain  damai dan bahagia. Siapa  yang sudah sampai pada mandala ini tidak lagi mendahulukan kekuasaan dan mengumpulkan artha hanya untuk kebutuhan hidupnya saja. Tidak lagi melakukan kegiatan yang berlebihan(hura-hura), mengumbar kemampuan diri, memasalahkan klan/warna dalam kehidupan. Karena dalam pemahaman hidupnya bukan itu yang menjadi inti sari pemikirannya.


            Mandala Wangi,(Cakra Visuddha pada tenggorokan,aura warna biru) merupakan undakan ke- lima. Mereka yang sudah sampai pada mandala ini dalam hidup dan kehidupannya selalu berdasar pada landasan Dharma. Dimana dan kapanpun perilakunya selalu berdasarkan dharma atau kebenaran. Bukan karena suatu agama, bukan pula karena suatu warna, akan tetapi memang dasar kehidupannya selalu memulyakan dharma itu sendiri. Dharmalah yang memenuhi tubuh, pikiran dan rasa pada dirinya. Memiliki keteguhan mental dalam spiritual.

            Mandala Agung,( cakra Agnya di antara kedua alis,aura warna nila ) merupakan mandala ke-enam. Dimana pada mandala agung ini manusia yang tidak lagi membicarakan tentang warna, klan, ras, tidak ada lagi rasa perbedaan antara yang satu dengan orang lainnya. Disini mereka menyadari manusia adalah sama(Tatwam Asi). Yang menjadi inti hidupnya adalah kebahagian hidup sebuah negara, bangsa serta kebahagian hidup secara keseluruhan di muka bumi ini. Hanya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup semua makhluk yang menjadi tujuan hidupnya. Dapat menguasai diri, penuh ilham dan bijaksana mendalam.

            Mandala Hyang,( Cakra Saharara adanya di ubun-ubun,aura warna ungu ) mandala ini yang paling utama(luhur). Mandala Hyang merupakan puncak kesadaran pada diri manusia. Tingkat pencapaian rohani dengan ilahi, kesadaran kosmis. Mandala ini merupakan kesadaran manusia untuk memahami kesujatian diri. Pada mandala ini manusia memahami satu kesatuan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit. Pada kesadaran ini manusia hanya memikirkan kesadaran kemanunggalan antara Atma dan Paramatma(sangkan paraning dumadi). Menuju tempat kesadaran suci panunggalan dengan Maha Agung yang disebut Moksa(moksartam jagadhita). Terbebas dari keterbelengguan oleh hal kesenangan maya jagat ini menuju kebahagiaan yang Maha Agung Sempurna.

            Hidup dalam kehidupan merupakan  pembelajaran menuju jalan kesadaran dan kebijaksanaan guna meraih kebahagiaan abadi sanatana dharma. Sang Lubdaka mengisyaratkan kehidupan  yang dipenuhi dengan Papa-Klesa menuju kebahagian sejati (Siwa). Tatwa ini tertuang dalam karya sastra spiritual “Siwa Ratri Kalpa”(dari kegelapan menuju terang sejati Maha terang, dari a-widya menuju widya).
Sabbe Satta Bhavantu Sukitatta, Semoga semua makhluk berbahagia.
                          OM,  Asato ma Sadgamaya
                                    Tamasyo ma Jyotir gamaya
                                    Mrtyor ma amhritam gamaya
                        Semoga dari kebodahan menuju kesadaran,
Semoga dari kesadaran menuju terang bijaksana
Semoga  dari terang bijaksana menuju Keabadian
            OM, Anobaddrah Kratawo yanthu visvatah
Semoga pikiran bersih dan suci datang dari segala penjuru
Menerangi hati yang gelap untuk meraih Terang sujati.
N.Musna, suwung ,5.1.14
 
                
                                                           OM NAMA SIWA YA
                                                        OM NAMO BUDHA YA

                                 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar