Renungan Siwa
Ratri,29-1-2014
SAPTA MANDALA SARIRA
(Tujuh
lapisan Kesadaran dalam diri)
Hormat kepada
guru-guru Agung,
Sang maha kawi Mpu
Tanakung adalah seseorang yang telah mampu terlepas dari keterikatan duniawi
(tan = tidak; akung = terikat). Pada malam Siwa melakukan peningkatan kesadaran
spiritual dari kesadaran rendah(binatang) menuju kesadaran kelepasan(moksa)
melalui jalan Tapa,Brata,Yoga dan Semadhi. Beliau membuat sebuah goresan
lembut- halus perjalanan memahami kesadaran dirinya secara mendalam lewat
meditasi ke dalam diri melintasi mandala-mandala yang tersusun rapi dalam
energi halus pada tubuh astral sendiri. Perjalanan pendakian spiritualnya sang pelakon
kisah Lubdhaka (Lubdha = Loba dan kebodohan) menuju ke kesadaran yang terang
menderang membahagiakan (Siwa). Dari perjalanan yang halus lembut ini tergores
sebuah cerita spiritual Malam Siwa Ratri. Pendakian spiritual kedalam diri
melintasi cakra-cakra(energi halus) yang tersembunyi di dalam badan.
Seperti pada Bhuwana
Agung terdapat tujuh mandala(undakan) seperti : Bhuh, Bhwah, Swah, Mahah, Janah
, Tapah , Satyah. Pada Bhuwana Alit juga terdapat 7 undakan atau lapisan
kesadaran yang mencirikan sifat-sifat manusia itu sendiri. Ke-tujuh lapisan keasadaran
itu adalah (1)Mandala Kasungka, (2)Mandala Seba, (3)Mandala Raja, (4)Mandala Wening,
(5)Mandala Wangi, (6)Mandala Agung (7)Mandala Hyang.
Mandala Kasungka,(ada pada Cakra Muladhara di daerah sex,aura warna
merah) merupakan undakan paling bawah / dasar , mencirikan bahwa manusia
itu masih terikat oleh Sad Ripu dan Sapta Timira. Mereka yang berada pada
Mandala dasar ini masih memiliki sifat-sifat binatang. Makan, minum, tidur
selalu berlebihan. Memenuhi nafsu merupakan dasar kesadaran hidupnya. Hidupnya
selalu berkeinginan berkuasa, mau menang sendiri tanpa peduli orang lain.
Mandala Seba,(pada Cakra Svadisthana di limpa, aura warna orange) merupakan undakan nomor dua, berarti manusia
selalu berpikir demi dan untuk diri sendiri saja. Memenuhi perut sendiri,
sementara tidak pernah memikirkan orang lain diluar dirinya. Mereka yang berada
pada mandala ini masih jauh dari yang namanya memahami kehidupan orang lain.
Mereka hanya menghargai diri sendiri, dan tidak pernah peduli pada kehidupan
orang lain, selalu menumpuk dan memupuk
mekayaan untuk diri sendiri. Orang semacam ini selalu ingin minta
dihargai, namun tidak pernah menghargai orang lain.
Mandala Raja,( pada Cakra
Manipura di empedu,aura warna kuning) merupakan undakan yang ke tiga, tiada
lain adalah mereka yang telah memahami kesadaran kebenaran dan kebijaksanaan
antara kata dan tindakan. Mereka yang sudah sampai pada mandala ini tujuan dari
hidupnya hanya mencari kesentosaan hidup dan kesentosaan hidup orang lain.
Mereka yang ingin menjadi pemimpin sepatutnya mengetahui mandala ini. Mereka
yang berada pada mandala ini sudah memahami kesejahteraan orang lain tanpa
mendahulukan kepentingan pribadinya.
Mandala Wening,( pada Cakra Anahata ada di Jantung,aura warna hijau)
yaitu merupakan mandala (undakan) ke- empat yaitu bagi mereka yang telah
memahami nilai Cinta Kasih dan Kasih Sayang semua Makhluk. Tiada pernah
berhenti untuk membuat orang lain damai
dan bahagia. Siapa yang sudah sampai
pada mandala ini tidak lagi mendahulukan kekuasaan dan mengumpulkan artha hanya
untuk kebutuhan hidupnya saja. Tidak lagi melakukan kegiatan yang
berlebihan(hura-hura), mengumbar kemampuan diri, memasalahkan klan/warna dalam
kehidupan. Karena dalam pemahaman hidupnya bukan itu yang menjadi inti sari
pemikirannya.
Mandala Wangi,(Cakra Visuddha
pada tenggorokan,aura warna biru) merupakan undakan ke- lima. Mereka yang sudah sampai pada mandala
ini dalam hidup dan kehidupannya selalu berdasar pada landasan Dharma. Dimana
dan kapanpun perilakunya selalu berdasarkan dharma atau kebenaran. Bukan karena
suatu agama, bukan pula karena suatu warna, akan tetapi memang dasar
kehidupannya selalu memulyakan dharma itu sendiri. Dharmalah yang memenuhi
tubuh, pikiran dan rasa pada dirinya. Memiliki keteguhan mental dalam
spiritual.
Mandala
Agung,( cakra Agnya di antara kedua
alis,aura warna nila ) merupakan mandala ke-enam. Dimana pada mandala agung
ini manusia yang tidak lagi membicarakan tentang warna, klan, ras, tidak ada
lagi rasa perbedaan antara yang satu dengan orang lainnya. Disini mereka menyadari
manusia adalah sama(Tatwam Asi). Yang menjadi inti hidupnya adalah kebahagian
hidup sebuah negara, bangsa serta kebahagian hidup secara keseluruhan di muka
bumi ini. Hanya kebahagiaan dan kesejahteraan hidup semua makhluk yang menjadi
tujuan hidupnya. Dapat menguasai diri, penuh ilham dan bijaksana mendalam.
Mandala Hyang,( Cakra Saharara adanya di ubun-ubun,aura warna ungu )
mandala ini yang paling utama(luhur). Mandala Hyang merupakan puncak kesadaran
pada diri manusia. Tingkat pencapaian rohani dengan ilahi, kesadaran kosmis.
Mandala ini merupakan kesadaran manusia untuk memahami kesujatian diri. Pada
mandala ini manusia memahami satu kesatuan antara Bhuwana Agung dan Bhuwana
Alit. Pada kesadaran ini manusia hanya memikirkan kesadaran kemanunggalan
antara Atma dan Paramatma(sangkan paraning dumadi). Menuju tempat kesadaran
suci panunggalan dengan Maha Agung yang disebut Moksa(moksartam jagadhita).
Terbebas dari keterbelengguan oleh hal kesenangan maya jagat ini menuju
kebahagiaan yang Maha Agung Sempurna.
Hidup dalam kehidupan
merupakan pembelajaran menuju jalan
kesadaran dan kebijaksanaan guna meraih kebahagiaan abadi sanatana dharma. Sang
Lubdaka mengisyaratkan kehidupan yang
dipenuhi dengan Papa-Klesa menuju
kebahagian sejati (Siwa). Tatwa ini tertuang dalam karya sastra spiritual “Siwa Ratri Kalpa”(dari kegelapan menuju
terang sejati Maha terang, dari a-widya menuju widya).
Sabbe Satta Bhavantu Sukitatta, Semoga semua makhluk berbahagia.
OM, Asato ma Sadgamaya
Tamasyo ma
Jyotir gamaya
Mrtyor ma amhritam
gamaya
Semoga
dari kebodahan menuju kesadaran,
Semoga dari kesadaran
menuju terang bijaksana
Semoga dari terang bijaksana menuju Keabadian
OM, Anobaddrah Kratawo yanthu visvatah
Semoga pikiran
bersih dan suci datang dari segala penjuru
Menerangi hati yang
gelap untuk meraih Terang sujati.
|
OM NAMA SIWA YA
OM NAMO BUDHA YA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar