Pendidikan Karakter melalui Praja Muda Karana
Tawuran antar pelajar, perkelahian antar remaja geng
motor
Maraknya pencurian oleh remaja, keterlibatan remaja
dengan Narkoba
Meningkatnya remaja yang terinveksi penyakit HIV/AIDS.
Tren remaja bunuh diri hanya karena suatu masalah
sepele.
Adakah ini pertanda bahwa anak kehilangan model
berkarakter?
Sejatinya model yang paling pertama
dan utama bagi anak adalah orang tuanya sendiri. Setelah itu guru disekolah.
Karena guru merupakan orang tua kedua setelah orang tua kandung. Apabila kedua
figur itu tidak dipakai model leh anak, maka pemodelan akan dicari dari
tokoh-tokoh lainnya. Sepereti tokoh pahlawan bagi mereka yang memiliki jiwa
patriotik. Tokoh seniman bagi anak yang mengidolakan seni dalam jiwanya. Akan
tetapi tidak jarang anak-anak sekarang mencari pemodelan lewat tayangan TV, Internet, majalah atau cerita-cerita yang
memuat tentang tokoh tertentu yang terkadang kurang tepat.
Ketika anak mencari model diluar
keluarganya, itu berati bahwa orang tua tidak cukup waktu untuk menemani anak
di rumah. Akibat dari tuntutan hidup yang semakin tinggi. Orang tua pergi kerja
pagi hari kemudian pulang sore hari. Karena kondisi payah, maka waktu untuk
bercengkrama dengan anak pasti kurang. Sementara si anak sendiri sibuk dengan
berbagai kegiatannya sendiri. Jarang terjadi komunikasi keluarga disaat makan
bareng di ruang makan. Karena anak
sering disibukan dengan tugas sekolahnya di warung internet. Saking jarangnya
terjadi komunikasi intim antar keluarga, maka anak cendrung berkomunikasi akrab dengan teman sebaya atau teman yang
lebih tua. Yang terpenting bagi anak adalah adanya rasa kebersamaan dalam
keakraban. Disamping itu, anak sering disuguhkan cerita dalam tayangan sinetron
yang mampu menggugah hati si anak. Dari tokoh pesinetron itulah terkadang yang menjadi
idolanya. Meski tokoh yang diidolakannya itu tidak jelas asal muasalnya, namun
pada tayangan sinetron itu yang tampilannya kren dengan mobil mewah, pamer kekayaan,
bergaya modern, maka anak akan mengatakan “oh
yang ini gue banget”. Akankah kita biarkan anak kita hidup bebas tanpa arah
dan tujuan yang jelas?. Kebebasan serta kemanjaan yang diberikan orang tua
tidak jarang disalah artikan oleh anak. Kebebasan itu sering dipergunakan
diluar keluarga. Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok kecil yang banyak
salah arah dan salah tujuan. Hal itu disebabkan kematangan mereka yang boleh
dibilang masih labil.
Bilamana pendidikan di keluarga
tidak optimal dapat dilaksanakan oleh orang tua akibat dari persaingan hidup
yang keras, maka sekolahlah menjadi tumpuan bagi orang tua untuk membina
anaknya. Tidak jarang orang tua menyerahkan begitu saja anaknya kepada instansi
sekolah. Padahal waktu anak di sekolah adalah sepertiga dari waktu keseluruhan.
Sedangkan dua pertiga waktu anak ada di rumah. Apabila hubungan komunikasi anak
dikeluarga tidak baik, akan berdampak pada susahnya pembinaan di sekolah.
Disamping orang tua mengarahkan anaknya pada pendidikan formal, ada baiknya
pula orang tua mengarahkan anaknya untuk megikuti ekstra kulikuler Pramuka.
Kenapa anak perlu diberikan pendidikan
Pramuka?.
Pendidikan kepramukaan menggunakan
sistem Among. Sistem ini hasil pemikiran Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan
Nasional, sebagai pendiri perguruan Taman Siswa. Sikap laku yang diterapkan
oleh pembina yaitu Ing arso asong tulodo( di depan memberi teladan), Ing madya
mangun karso( di tengah –tengah membangun kemauan), Tut wuri handayani( di
belakang memberi dorongan). Sistem Among berarti : mengasuh, memelihara,
menjaga, merawat. Yang melaksanakan sisten Among dikenal “Pamong” atau pembina.
Proses pendidikan dengan menggunakan sistem among mengedepankan cara
kekeluargaan. Sebutan peserta didik dalam usia Siaga(7 – 10 tahun) adalah anak,
pamong atau pembina dipanggil ayah dan ibu. Pendidikan pada usia ini peserta
didik masih memerlukan pengasuhan seperti anak-anak dalam sebuah keluarga. Dalam pertemuan atau pemberian pengarahan
dilapangan menggunakan barisan membentuk lingkaran. Dengan maksud agar
pamong/pembinanya menjadi model. Sehingga bila peserta didik mengalami masalah
pasti akan mengadu kepada pembina sebagai ayah dan ibunya. Kode kehormatan yang
dipergunakan untuk Siaga yaitu Dwi Satya dan Dwi Dharma. Tingkat kecakapan
untuk anak siaga yaitu Siaga Mula, Tata bantu dan Siaga tata. Bilamana usia
peserta didik telah menginjak 11-15
tahun maka peserta didik akan naik golongan menjadi Penggalang. Dalam bentuk
pertemuan dalam pelatihan penggalang sudah mulai membuka diri, sehingga setiap
berkumpul penggalang membentuk barisan seperti huruf “U”(angkare), Maksudnya
peserta didik dalam usia penggalang sudah mulai membuka diri terhadap
lingkungan, belajar memahami masyarakat meski masih dibatasi. Pembina dipanggil
Kakak, peserta didik dipanggil Adik. Hal ini untuk lebih terjadinya kedekatan
anatara pembuna dan peserta didik Pada usia penggalang, peserta didik
ditanamkan pendidikan yang bersifat akhlak mulia, ketangkasan, kecakapan hidup
patriotisme cinta bangsa tanah air, mengembangkan wawasan, daya imajinasi dan
daya cipta, rasa percaya diri, bertanggung jawab, sosial gotong royong, peduli
lingkungan serta toleransi.kesemuanya
tertuang dalan SKU(syarat kecakapan umum) dan SKK ( syarat kecakapan khusus ).
Dalam kepenggalangan, dilihat dari kecakapannya ada tiga tingkatan yaitu:
Penggalang Ramu, Rakit dan Terap. Kode kehormatan untuk tingkat penggalang,
penegak dan pendega adalah Tri Satya dan Dasa Dharma. Apabila usia peserta
didik menginjak pada 16-20 tahun seusia SMA dan mahasiswa dinamakan Penegak
atau Pendega. Golongan penegak terbagi atas dua yaitu penegak Bantara dan
penegak Laksana. Sementara bagi mereka pada usia 21-25 tahun dinamakan pemuda dewasa.
Pendidikan kepramukaan sangat memerhatikan tingkat usia dan perkembangan
peserta didiknya. Pada golongan Penegak dan Pendega, pertemuan dilapangan
berbaris menggunakan satu saf(satu barisan lurus ke kanan) mengandung makna,
peserta didik sudah boleh membuka diri secara luas kesemua arah. Tujuannya agar
peserta didik dalam usia penegak dan pendega mampu membuka diri, memiliki
pengetahuan dan wawasan kedepan yang
luas.
Sistem beregu atau berkelompok wajib
diterapkan dalam pendidikan Pramuka, dengan satuan terpisah antara peserta
didik putra dan putri. Pada pendidikan
kepramukaan kemampuan peserta didik benar-benar diperhatikan antara hard skill yaitu kemapuan logika pikir (IQ), serta soft skill
yaitu kemampuan Spiritual(SQ), kemampuan Emosi (EQ) serta kemampuan menghadapi
tantangan hidup (AQ). Program kegiatan kepramukaan selalu memerhatikan tingkat
perkembangan jasmani dan rohani peserta didiknya. Sehingga pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik terjaga
keseimbangannya bukan secara instan.
Adapun sasaran pembinaan bagi pserta didik yaitu: kuat keyakinan beragamanya,
tinggi mental dan moralnya serta berjiwa Panca Sila, sehat dan segar jasmani,
cerdas, tangkas dan terampil, berpengetahuan luas dan dalam, berjiwa pemimpin
dan patriot, berkesadaran nasional dan peka terhadap perubahan lingkungan,
berpengalaman banyak. Seperti yang
tertera dalam Dasa Dharma Pramuka yaitu : (1).Bertaqwa terhadap Tuhan yang Maha
Esa (2).Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia; (3). Patriot yang sopan dan
ksatria;(4) Patuh dan suka bermusyawarah; (5) Rela menolong dan tabah; (6) Rajin trampil dan gembira; (7) Hemat cermat
dan bersahaja; (8) Disiplin , berani dan setia; (9) Bertanggung jawab dan dapat
dipercaya;(10) Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Seperti
sinetron Lima Elang yaitu anggota regu penggalang ditayangkan oleh salah satu stasiun TV
terkenal, tayangan yang patut dan tepat ditonton oleh kalangan pelajar.
Bukankah semua itu merupakan bentuk pendidikan yang berkarakter yang
diharapkan dalam penyempurnaan kurikulum pendidikan yang akan datang ?. Bila
hal itu benar adanya, maka tidak salah apabila Mendiknas beserta
jajarannya mengarahkan untuk pendidikan
dasar dan menengah mewajibkan peserta didik dan pendidik mendapatkan pendidikan
Kepramukaan. Semoga bangsa ini tidak kehilangan nilai-nilai karakter, sehingga
tidak terjadi negara yang kehilangan karakter “Black Nation”.
I Nyoman Musna
Tidak ada komentar:
Posting Komentar