Minggu, 19 Januari 2014
PR Membuat Streskah??
Renungan Di Hari Guru 2013.
Pekerjaan Rumah Pesrta Didik yang membuat STRESS?
Ada kisah yang unik disaat peringatan Hari Guru ke-68
25 November 2013, dirayakan dengan sederhana namun hikmat.
Diakhir perayaan para guru mendapat tanda cindra kasih sayang
dari peserta didik berupa setangkai kembang Mawar.
Yang mana ditangkainya ada berisi ikatan kertas yang bertuliskan:
“Bapak/Ibu Guru, tolong jangan saya diberikan Tugas Rumah
Berupa PR yang berlebihan, saya jadi stress”
Pesan singkat dari peserta didik seperti itu juga dikirimkan kepada Kepala Sekolah lewat pengiriman SMS di suatu malam hari. Adakah ini pertanda peserta didik memang benar tidak menghendaki dibebani tugas rumah oleh para pendidik? Ataukah memang peserta didik yang tidak suka dengan salah satu pelajaran? Atau peserta didik yang tidak suka dengan sebuah tanggung jawab yang dibebankan. Nah akhirnya para pendidik mulai memegang kepala untuk berpikir tentang bagaimana solusi yang bijak patut diambil didalam mengelola proses pembelajaran yang efektip, menantang dan menyenangkan. Apalagi Bapak Menteri Pendidikan menyatkan bahwa peserta didik tingkat sekolah menengah mesti mendapatkan tugas rumah dan atau tugas tambahan lima puluh persen(50%) dari indikator pencapaian setiap bidang mata pelajaran.
Apabila apa yang dikatakan oleh Bapak Menteri dilaksanakan oleh setiap pendidik maka ada berapa banyak tugas tambahan yang akan diterima dan harus diselesaikan oleh setiap peserta didik untuk semua mata pelajaran?. Umtuk itu mari kita bersama-sama belajar matematika sederhana dengan menggunakan operasi hitung tingkat dasar. Jumlah mata pelajaran yang didapat setiap peserta didik tidak kurang dari sebelas mapel. Apabila setiap bidang mata pelajaran rata-rata terdapat 20 indikator selama satu semester. Kemudian setiap indikator mesti diberi tugas tambahan satu kali. Maka dapatlah kita hitung banyak tugas yang mesti diselesaikan oleh setiap peserta didik selama satu semester yaitu : 8 x 20 = 160 macam tugas tambahan. Kemudian setiap pendidik mendidik 5 kelas ( kurang lebih 200 orang), maka tugas yang mesti diperiksa oleh pendidik selalama satu semester 200 x 20 = 4000 tugas tambahan. Apabila setiap satu semester terdapat sepuluh (10) kali ulangan harian, maka pendidik memeriksa sebanyak 10 x 200 = 2000 lembar ulangan harian. Ulangan semester satu kali yakni 200 x 1 = 200 lembar kerja US. Bila dilaksanakan lima puluh persennya, silakan dihitung!
Disamping pendidik bertugas memeriksa tugas- tugas tersebut, seorang pendidik sedikitnya mesti memiliki 14 item persiapan dari RPP sampai model Penilaian, ditambah pula bertugas meberikan remidi bagi peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan bagi peserta didik yang tuntas. Dalam penilaian, seorang pendidik mesti mengelola model penilaian dari penguasaan nilai pengetahuan, sikap dan ketrampilan (K,A,P) ditambah pemberian nilai akhlak. Dari kesemua tugas seorang pendidik itu, tidak jarang seorang pendidik merasa kewalahan mengelola waktu dalam bertugas. Disebabkan tuntutan nilai profesional guru yang telah mendapatkan sertifikasi.
Tidak jarang terdengar kata “Stress” muncul dari bibir sang pendidik akibat sesaknya waktu yang tersedia. Ditambah lagi dengan bahan ajar yang tersedia pada kurikulum mesti habis disajikan di ruang kelas, meski terkesan dipaksa untuk diselesaikan.
Kumpulan Mereka yang Stress
Pada kondisi seperti itu, maka dapat kita hitung model segitiga siku. Panjang garis lurus dikuadartkan akan sama dengan jumlah kuadrat sisi yang lainnya( Theorema Phytagoras). Dua sisi yang dimaksudkan, dimana peserta didik dan pendidik sama-sama mengalami ke-stress-an. Maka daripada itu terciptalah kelas Stress pada setiap ruang belajar. Bilamana kelas merupakan kumpulan mereka-mereka yang stress, mungkinkan terjadi komunikasi proses pembelajaran yang menarik secara optimal?. Silakan renungi sendiri!. Apabila seorang pendidik dapat menyadari, maka obat yang dapat menurunkan kadar ke-stress-an mungkin dapat dilakukan cara penenangan kelas melalui meditasi (menghening), doa dan atau mengisi dengan selingan Joke lelucon gaya Tukul Arwana atau gaya Olga Syahputra, ah… bisa aja..?!. Jangan hendaknya seorang pendidik selalu menuntut dan menuntut, mengejar dan mengejar untuk menghabiskan bahan pembelajran yang tertera di kurikulum saja. Selalu awas, lihat situasi dan kondisi peserta didik kita. Bukankah mereka tidak jarang datang dari rumahnya membawa stress akibat kurang perhatian dari orang tua mereka, dimana orang tua selalu disibukan dengan urusan penunjang hidup?. Dari pada itu, mariah kita sebagai pendidik berusaha membuat kelas menjadi menarik dengan motto “My Class Is My Paradise” sehingga betah datang ke kelas tapat pada waktunya. Suasana selalu ceria, peserta didik selalu happy-enjoy menunggu pendidiknya datang membawa informasi menarik seperti Golden Ways-nya Mario Teguh atau boleh jadi Bukan Empat Mata miliknya Tukul Arwana (maaf bukan advertensi).
Kembali kepada isi berita SMS dan tulisan kecil peserta didik disaat hari Guru itu, sepertinya seorang pendidik mesti mulai membuka hatinya untuk dapat mengelola proses pembelajaran yang tepat dan bijak. Mungkin perlu adanya kerja bersama antar pendidik yang lain dalam memberikan tugas tambahan kepada peserta didiknya. Jangan hendaknya semua pendidik memberikan tugas tambahan dalam waktu bersamaan. Bila perlu dalam satu minggu cukup ada satu atau dua tugas tambahan buat anak didiknya. Jangan hendaknya peserta didik dimanjakan untuk menyelesaikan tugas hanya lewat internet yang bergaya mudah dan modern, yang kita tidak sadari akan dapat menciptakan generasi Plagiator yang selalu meniru dan meniru, jarang mengeksplor kemampuan yang dimiliki. Sehingga tidak terjadi seperti apa yang dialami oleh para pendidik dalam memenuhi tugas karya ilmiah guna memenuhi tuntutan sertifikasi guru. Ada berita terdengar hampir satu kontener tulisan karya ilmiah guru-guru dikembalikan oleh tim penilai pusat. Mari kita arahkan anak didik pada nilai-nilai kejujuran sejak awal. Meskipun nilai kejujuran itu saat ini harganya di awang-awang, jangkauan angan tiada tegapai, hanya bayang-bayang.(cuplikan puisi-penulis). Semogalah nilai-nilai keterbukaan, saling memahami masih ada diantara pendidik dan anak didik, sehingga polusi alam dapat berkurang sedikit dari kondisi ke-stres-an hidup, menuju Parama Santhi. S e m o g a l a h………………
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar