Kamis, 16 Januari 2014

Face Book wajah Maya yang Genit



“FACE BOOK”
WAJAH MAYA YANG MENGHEBOHKAN


            Face book adalah dua buah kata asing yang terdiri dari kata face (feis) yang berarti muka; bidang; pihak; depan; atau melihat mukanya berhadapan. Sedangkan book  (buk) artinya buku; mendaftarkan; membukukan ( kamus bahasa inggris; Rudi Haryono,Drs.,dkk).  Jadi face book berati pendaftaran diri atau membukukan diri dengan menampilkan wajah serta identitas diri seperti nama, usia, pekerjaan, hobi dan yang lainnya pada sebuah jejaring sosial di internet.
            Adalah Mark Zukkerberg, 25 tahun berasal dari Amerika, seorang yang menemukan fase book yang kini sedang “ngetren” serta digandrungi oleh masyarakat terutama anak-anak dan remaja. Sistim jejaring sosial ini sepertinya pengganti dari model Korespondensi(surat-menyurat), bedanya korespondensi pengirimannya melalui paket Post. Sementara face book lewat media internet atau lewat HP dengan wajah pengirim dan penerima berita tertera dalam beranda. Adapun tujuan dari pembentukan jejaring sosial face book tiada lain untuk mencari teman atau sahabat/kerabat lewat dunia maya dalam waktu singkat dan jarak tiada batas. Betapa tidak orang Amerika, jepang, atau orang Belanda dapat kita temui dan berkenalan hanya dengan biaya dua ribu sampai tiga ribu rupiah saja sudah cukup. Dengan datang ke warnet di depan rumah atau buka leptop  disammbung internet di kamar, dan  buka yang namanya face book , maka  sudahlah, ribuan wajah akan tertera dengan berbagai bentuk. Cuma memang ada yang disayangkan, tertera namanya si Anu, sementara wajah yang tampak “monyet”, atau “bulan”. Yang seperti ini tidak fair namanya, sudah menyimpang dari aturannya. Ini salah siapa?
            Dalam perjalanannya, jejaring sosial face book banyak mendapat kritikan serta cemohan bahkan di”haram”kan. Kontropersial di kalangan masyarakat mulai muncul. Ada yang menginginkan face book harus dihapuskan, karena berpengaruh buruk bagi generasi muda. Akibat dari face book , guru dimaki-maki oleh seorang siswanya entah  apa penyebabnya, mungkin guru tak disengangi siswanya. Ada pula berita di mass media mengatakan dengan face book orang membuat jeringan “perdagangan  sex”. Disamping itu pula lewat face book siswa Sekolah Dasar memaki temannya hingga dapat menimbulkan perkelahian antar geng siswa, hingga orang tuanya garang.   
            Pertanyaan yang dapat dikemukakan adalah semua kejadian itu salah siapa? Salahnya alat atau salah orang memahami serta menggunakan alat? Jawabnya adalah salah “si pengguna” alat ( the man behind the internet) yang belum memahami dengan benar fungsi serta makna dari jejaring sosial face book. Untuk itu dituntut bagi pengguna alat untuk betul-betul mengerti serta memiliki wawasan terhadap budaya teknologi modern. Sadarlah bahwa teknologi bagai pisau bermata dua. Akan dapat berguna dalam hidup tapi dapat pula menghancurkan kehidupan. Disamping itu, pentingnya peran orang tua, guru, serta masyarakat sebagai alat kontrol. Anak-anak jangan terlalu dimanjakan dengan alat teknologi, karena akan berdampak pada pemanjaan pada si anak itu sendiri. Seperti pepatah mengatakan “dari kecil teranja-anja, maka setelah besar terbawa-bawa”.  Artinya jika sejak dari kecil biasa dimanja, maka akan terbawa sampai besar nanti. Namun demikian jangan hendaknya terlalu dikekang, akibatnya anak akan jadi gagap teknologi ( gaptek). Jadi lagi sekali yang terpenting adalah pengawasan dan pemahaman yang benar terhadap semua sarana(teknologi). Sehingga tujuan mulia dari ide sang pembuat face book tidak menjadi sedih dan menyesalai hasil karyanya.  Seperti halnya penemu “bom”  Albert Einstain yang mana hasil temuannya disalah gunakan untuk tujuan perang (mungkin kini dia sedih di alam baka hasil penemuaanya salah digunakan).  Maka dari itu, tidak salah bila kita mau belajar dari kesalahan untuk menuju kebaikan . Orang bijak mengatakan “ bergurulah pada kesalahan untuk menjadi lebih bijaksana”, bukan sebaliknya, belajar dari yang salah menuju salah yang lebih besar. Wah, kalau begitu kapan majunya?
                                                   ( oleh: I Nyoman Musna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar