Pemulung bermimpi meraih
Bintang
Ibu, marilah kita tidur
Esok masih ada
waktu untuk mengais lagi
Biarkan sejenak tubuh
ini nikmati teduh dari letihnya dan lusuh
Agar keringat berdebu
ini kering oleh angin dingin
Sembari kita
tengadahkan wajah kita ke langit sepi
Menatap bintang
dan rembulan meski berkabut awan bimbang
Coba kita hitung kelip
bintang-bintang
Seperti kita menghitung hari-hari kita yang gersang
Ibu, marilah kita
berdoa
Siapa tahu Tuhan
masih punya hati buat kita
Sehingga esok
kita dapat berjalan menikmati hari
Hari yang penuh
membawa berkah nikmat
Meski hanya
sekedar berkah sampah plastik dan kardus
yang berserakan
di tepi jalan
akan kita lalui dari pagi hingga malam
hingga perut ini
dapat nikmati nasi aking berteman ikan garing
akankah perut ini
hanya berisi angin dingin malam ini?
Anakku, jangan
sesali hidup ini
meskipun kita
hanya pemulung pinggiran jalan
yang hidup hanya
dari sisa-sisa aisan makanan sampah
yang tidur hanya
berlaskan tikar tanah dan atap langit
tapi kita tetap mensyukuri
apa yang kita dapati
mari tetap
nyanyikan lagu sepi untuk menemani tidur kita
dengan iringan
musik jangkrik dan kodok-kodok liar
serta riungan
melodi nyamuk-nyamuk nakal di telinga
Anakku, segeralah
bangkit dari tidurmu
Mentari telah
menghempas dinginnya dingin
Segera bersihkan
jiwa dan ragamu
Rapikan pakaian
di badan, pergilah segera ke sekolah
Belajarlah dengan
segenap hati
Raih ilmu seluas
tujuh samudra
Gantungkan
harapanmu setinggi bintang
Untuk menggapai mimpimu
besok hari
Anakku, ingatlah
pesan ibu
Bila nanti kamu
telah jadi raja pemulung
Tetaplah ingat
untuk mengabdi pada pertiwi
Bersihkan sampah-
sampah berserakan di bumi
Jangan hendaknya malu
jadi pengais sampah
Daripada
mengemisi uang negara
MUSNA,2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar